Minggu, 29 Agustus 2010

Berburu Lailatul Qadar di Makam Sunan Giri

TRADISI lain yang ditunggu warga Gresik saat ramadan adalah malam selawe di Desa Giri, Kecamatan Kebomas. Ratusan pedagang kaki lima membeber dagangan di kanan-kiri jalan menuju makam Sunan Giri yang berada di desa tersebut.
Pedagang makanan, pakaian hingga arena permaian telah dibuka untuk menyambut malam selawe bulan Suci Ramadan. Kemunculan para pedagang kaki lima itu tidak terlepas ramainya suasana saat malam 25 Ramadan di makam Maulana Ainul Yakin, atau Sunan Giri, atau Raden Paku, atau Prabu Satmata, atau Joko Samudra.
Mereka dari datang Gresik hingga luar pulau. Tujuan utamanya adalah ngalab berkah dengan berziarah ke makam Sunan Giri, di bukit Giri tersebut.
Saking banyaknya pengunjung ditambah membludaknya PKL jalan selebar delapan meter dengan panjang sekitar satu kilometer menuju makam Sunan Giri ditutup untuk kendaraan umum. "Semakin malam, peziarah ke makam Sunan Giri pada malam selawe (25) Ramadan semakin ramai," ujar Abdul Malik, warga masyarakat Desa Giri, Kecamatan Kebomas.
Di dalam makam itu, ada sejumlah peraturan yang harus ditaati para peziarah. Di antaranya, tidak boleh memotret dan harus melepas alas kaki.
Pada malam hari, pemandangan dari bukit Giri, kompleks makan Sunan Giri cukup elok. Selain udara segar karena pepohonan cukup rindang. "Ribuan peziarah itu datang ke makam kanjeng Sunan Giri untuk berdoa dengan harapan bisa mendapatkan berkah," ujar salah seorang guru kunci makam itu.
"Selain itu, mereka berharap bisa mendapatkan malam yang paling istimewa di bulan Ramadan. Malam Lailatul Qodar," imbuhnya. Selama ini, masyarakat mempercayai malam seribu bulan itu akan turun pada malam ganjil. (yad/ris/ruk)
Jawa Pos_Metropolis [ Minggu, 29 Agustus 2010 ]
http://www.jawapos.co.id/metropolis/index.php?act=detail&nid=152714

Tidak ada komentar:

Posting Komentar