Senin, 27 September 2010

Upaya Desa Kramat Inggil di Gresik Meraih Target Desa Adiwisata Gaet Perusahaan, Bikin Hutan Desa

Kramat Inggil hanyalah sebuah desa di Kecamatan Kebomas, Gresik. Namun, saat ini desa tersebut tengah menjadi sorotan karena keberhasilannya mengelola sampah. Kini, desa itu bahkan berusaha meraih target sebagai desa adiwisata, yaitu desa yang ramah lingkungan, lewat berbagai kegiatan.

SUASANA Kramat Inggil kemarin (26/9) sedikit lebih ramai jika dibandingkan dengan hari-hari biasa. Warga desa begitu serius mengikuti pelatihan tentang pengelolaan lingkungan yang dilakukan pemkab dan sebuah sekolah negeri.
Penyampaian materi dalam pelatihan itu langsung ditindaklanjuti dengan praktik. Materinya adalah mengelola sampah agar bisa dimanfaatkan. Untuk melengkapi pelatihan tersebut, warga mendapatkan bantuan komposter dari PJB (Pembangkit Jawa-Bali) PLN Gresik.
Pelatihan tersebut bagian dari upaya warga untuk menjadikan desa mereka sebagai desa adiwisata, desa yang asri dan ramah lingkungan. Program tersebut tergolong baru di Gresik. Belum banyak desa yang menerapkannya.
Munculnya ide tersebut tidak lepas dari keinginan warga dan aparat untuk memperbaiki kondisi lingkungan di desa itu. "Sebenarnya, program ini sudah kami rintis cukup lama. Tapi, saat ini lebih serius," kata Sekdes Kramat Inggil Jatmiko.
Menurut dia, program tersebut muncul dari keinginan mereka untuk bisa mengelola semua sampah. Pasalnya, saat ini warga kerap membuang sampah begitu saja. Hal itu sedikit banyak membuat lingkungan desa kurang tertata.
Dari situlah, akhirnya mereka mulai bergerak. Tahap pertama, mereka menyiapkan sebuah RT (rukun tetangga) binaan. Yakni, RT yang bakal jadi percontohan program desa adiwisata. "Yang terpilih adalah RT XII," katanya.
Saat ini, aktivitas perbaikan lingkungan di RT itu mulai terlihat. Warga mengumpulkan seluruh sampah yang dihasilkan. "Namun, masih banyak yang harus diperbaiki," imbuhnya.
Pengelolaan sampah kering masih tradisional. Mereka mengumpulkan sampah itu, lalu dijual. Sampah organik oleh warga dijadikan pupuk untuk menyuburkan tanaman.
Setelah RT binaan dipilih, desa membuat program lain. Kini, mereka mulai mengajak semua RT untuk mengikuti program serupa.
Caranya adalah meminta kepada PJB untuk mengucurkan dana CSR (corporate social responsibility) dalam bentuk pengadaan komposter yang dibagikan ke seluruh RT. Selain itu, mereka mengundang BLH (badan lingkungan hidup) dan SMPN 2 Kebomas untuk melatih penggunaan komposter serta program untuk menjadi sebuah desa adiwisata. "Kebetulan, SMPN 2 kan sekarang menjadi sekolah adiwiyata," katanya.
Selain itu, saat ini desa tersebut tengah menjajaki program baru. Mereka berencana membuat hutan desa di wilayah mereka. Untuk keperluan itu, mereka tengah melobi PT Petrokimia. Hasilnya, perusahaan tersebut sudah memberikan lampu hijau. "Yang jelas, kami ingin desa kami lebih baik," tegasnya. (ris/c6/ruk)
Jawa Pos_Metropolis [ Senin, 27 September 2010 ]
http://www.jawapos.com/metropolis/index.php?act=detail&nid=157176

1 komentar:

  1. KRAMAT INGGIL BUKAN MASUK KECAMATAN KEBOMAS TETAPI MASUK KECAMATAN GRESIK

    BalasHapus