Selasa, 14 September 2010

Saat Zikir, Seorang Imam Masjid Dibunuh

GRESIK - Warga Dusun Kalanganyar, Desa Sembunganyar, Kecamatan Dukun, geger Sabtu malam (11/9). Pemicunya, Jainal Abidin, preman kampung di desa tersebut, membunuh Bahrul Ulum, 27, tetangganya sendiri.
Imam Masjid As Syafi'i di dusun tersebut dihabisi pekerja bangunan berusia 25 tahun itu ketika sedang berzikir di dalam masjid. Leher bapak tiga anak tersebut robek sepanjang 10 sentimeter setelah digorok dengan arit milik Udin, sapaan Jainal Abidin.
Pembunuhan sadis yang dilakukan setelah salat Isya itu menggegerkan masyarakat dusun yang sebagian besar bekerja sebagai petani tersebut. Untung, polisi bertindak cepat dengan langsung mengamankan pelaku di Polsek Dukun. Karena itu, tidak sampai timbul amuk massa.
Dugaan sementara, pembunuhan sadis pada awal bulan Syawal itu disebabkan masalah sepele. Udin, yang masih bujangan, sering diolok dan dimaki oleh korban. Selain itu, Udin ditengarai sebagai pelaku yang merobek bendera komunitas pemuda desa setempat. Komunitas pemuda anggota gerak jalan di kampung itu bernama Yayuk Forever, Is Not Dead.
Menurut informasi yang dihimpun, Sabtu (11/9) sekitar pukul 19.00 Ulum yang biasa menjadi imam salat Magrib dan Isya di masjid tersebut datang terlambat. Karena itu, dia menjadi makmum saat salat Isya.
Begitu salat usai, Udin langsung meninggalkan masjid. Lima menit kemudian Udin kembali masuk ke masjid. Udin lalu mengendap-endap untuk mendekati Ulum yang khusyuk berzikir dan duduk bersila di lantai masjid.
Tiba-tiba tangan kiri Udin menjambak rambut Ulum. Sedangkan tangan kanan Udin mencabut arit (sabit) sepanjang 30 sentimeter dari balik kaus. Arit itu lalu dikalungkan ke leher Ulum.
Dan cress..! Ulum terkapar dengan bersimbah darah. Darahnya berceceran di lantai masjid. Warga pun langsung bertindak. "Ada empat orang yang memegangi tangan Udin," ujar Hariyanto, warga
Karena aksinya diketahui masyarakat, Udin melarikan diri. "Sebelum melarikan diri, Udin melambaikan tangan sambil tersenyum kepada sekelompok orang di dalam masjid itu," ujar saksi mata lain.
Darah terus mengucur dari leher Ulum yang terkapar dengan kondisi miring. Melihat kondisi yang mengerikan tersebut, jamaah masjid mencoba menyelamatkan nyawa Ulum dengan membawanya ke PKU Muhammadiyah Gresik. "Darah berceceran karena tubuh korban diangkat ramai-ramai ke luar masjid. Darahnya sampai membasahi lantai masjid," ujar saksi lain.
Kabar pembunuhan itu langsung sampai ke telinga polisi. Beberapa menit setelah kejadian polisi tiba di lokasi.
Setelah mendapatkan kabar bahwa Udin bersembunyi di dalam rumahnya, polisi mengepung. Namun, polisi bertindak sangat hati-hati. Mereka khawatir Udin kalap sehingga membabi-buta melawan polisi.
"Ketika pintu rumah dibuka dan sejumlah polisi masuk, Udin tidak melawan," ujar Kapolres Gresik AKBP Jakub Prajogo yang didampingi Kasatreskrim Polres Gresik AKP Fauzan Sukmawansya yang memimpin olah TKP malam itu.
Ekspresi pemuda berambut gelombang dan berkulit sawo matang itu cukup dingin. Dia mengaku tidak menyesali perbuatannya menghabisi Ulum di dalam masjid. "Saya puas karena sakit hati saya terobati," ujarnya. Udin mengaku merencanakan pembunuhan itu sejak lima bulan silam.
Sebelum bulan puasa, Udin mengaku pernah mencoba menabrak Ulum dengan sepeda motor. Tapi, korban berhasil menghindar. Puncaknya, Sabtu malam (11/9), ketika Udin melihat Ulum salat di saf ketiga. "Setelah salat Isya, saya pulang ambil arit," ujar Udin. (yad/c13/end)
Jawa Pos_Metropolis [ Senin, 13 September 2010 ]
http://www.jawapos.com/metropolis/index.php?act=detail&nid=154721

Tidak ada komentar:

Posting Komentar