Senin, 04 Juli 2011

Pengin Percantik Mata, Anak Kepala SD Jual Diri

SURABAYA | SURYA - Hidup dua bocah ini sebenarnya berbeda. Yang satu benar-benar miskin dan hidup pas-pasan, sedangkan satunya lebih beruntung karena menjadi bagian dari keluarga seorang kepala sekolah. Namun, siapa sangka, meski status ekonomi mereka berbeda, keduanya sama-sama menerjuni dunia prostitusi.
Itulah jalan hidup yang ditempuh Luna dan Rani (nama samaran), dua bocah yang masih berusia 15 tahun itu. Luna dan Rani adalah teman sekolah semasa SMP di kawasan Jl Undaan. Akibat kondisi ekonomi dan pengaruh gaya hidup, membuat keduanya terjerumus hingga akhirnya diringkus polisi bersama seorang germo bernama Musriyanto (44).
Saat diamankan kemarin, Luna diketahui berada di kamar 340 dan sudah bersiap melayani pelanggannya di sebuah hotel di Jl Gresik, Surabaya. Sedangkan Rani berada di ruang tamu hotel bersama Musriyanto.
Polisi sempat kaget ketika mengetahui umur keduanya masih belia. Apalagi, aktivitas prostitusi ini diotaki Musriyanto, yang tak lain tetangga Rani. “Musriyanto sengaja menjual kedua remaja ini dengan tarif Rp 2 juta. Sementara ini, dia mengaku baru sekali menjual kedua korban,” sebut Kasat Reskrim AKBP Indarto melalui Kasubnit Pidek Iptu Ricky Firmansyah, Jumat (1/7).
Kepada Surya, Rani mengaku terjun ke dunia prostitusi setelah dirayu Musriyanto saat duduk di kelas 1 SMP. Dia memang butuh uang untuk membayar sekolah dan membantu orangtuanya yang sudah lama menjanda.
“Saya ditawari akan dikenalkan dengan teman Pak Yanto (panggilan Musriyanto, red). Katanya, temannya itu mau membayar Rp 20 juta untuk keperawanan saya,” akunya.
Mendengar nominal uang yang begitu banyak baginya, Rani pun mengiyakan tawaran itu. Awalnya, Musriyanto mengajak Rani ke hotel di kawasan Kenjeran untuk dikenalkan dengan temannya. Namun, itu hanya akal-akal Musriyanto saja karena di kamar hotel itulah justru keperawanan Rani direnggut bapak empat anak itu.
Musriyanto berdalih, ia harus mengajari Rani cara melayani pelanggan dengan benar hingga bisa memuaskannya. “Tapi saya tidak pernah dikenalkan temannya dia. Tahu-tahu dia malah gauli saya. Sebenarnya saya ndak mau, tapi saya takut diapa-apain,” ungkap lulusan SMP dengan nilai 30,45 itu.
Rani mengaku hanya diberi sebungkus nasi goreng setelah Musriyanto puas merampas kehormatannya. Setelah itu, Musriyanto mengantarnya pulang. Sejak kejadian itu, kehidupan Rani menjadi lebih berani. Ia tidak malu lagi berhubungan intim dengan pacarnya dan Musrriyanto berulang kali.
Setiap kali selesai berhubungan, Musriyanto biasa membelikan Rani pulsa dan uang untuk sekadar membeli makan. Rani memang tidak ingin membebani ibunya yang sudah menjanda. Maklum, selama ini ia hidup di keluarga pas-pasan karena ibunya hanya penjual nasi yang harus menghidupi lima anak, termasuk dirinya.
Tidak berhenti sampai Rani saja, Musriyanto juga menjajal peruntungan dengan meminta dikenalkan ke Luna, yang tidak lain sahabat Rani di SMP. Dibanding Rani, Luna sebenarnya hidup di keluarga yang akrab dengan dunia pendidikan.
Almarhum bapaknya adalah guru, sedangkan ibunya kini menduduki posisi kepala sekolah di sebuah SD negeri. “Saya kenalan dengan Pak Yanto baru sehari kemudian ditawari tidur dengan temannya,” kata dara manis itu lirih.
Luna mengaku tertarik dengan tawaran Musriyanto karena butuh uang untuk membeli softlens untuk memperindah mata. Anak tunggal yang memiliki otak encer itu juga ingin menyambung rambutnya.
“Saya ingin beli ponsel juga tapi sama ibu selalu dilarang. Begini ndak boleh, begitu juga ndak boleh. Ya saya nekat saja akhirnya,” aku pemilik nilai akhir 36,60 itu.
Luna berharap, dengan melayani teman Musriyanto dirinya bisa mendapatkan yang akan digunakan membeli keinginannya itu. Luna mengaku, sebenarnya dia sudah dua kali berhubungan badan dengan mantan pacarnya. Karena itu, dia tidak keberatan harus melakukan hal yang sama dengan teman Musriyanto.
Beruntung, kedua ABG ini tidak semakin dalam terjerumus dalam dunia prostitusi. Mereka mengaku kapok dan saat ini hanya ingin meneruskan jenjang pendidikannya ke tingkat SMA.
Sementara Musriyanto, harus mendekam di tahanan Polrestabes Surabaya. Jika nanti terbukti, hukuman kurungan sampai 15 tahun penjara harus dilaluinya. Polisi menjerat Musriyanto dengan UU Perlindungan Anak dan Perdagangan orang.
Surya Online Sabtu, 2 Juli 2011 | 07:02 WIB
http://www.surya.co.id/2011/07/02/pengin-percantik-mata-anak-kepala-sd-jual-diri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar