Senin, 04 Juli 2011

Meninggal Serangan Jantung saat Pidato | Usai Sebut Tinggalkan Demokrat Terlalu Berapi-api, Tokoh Nasdem Kolaps

URABAYA | SURYA - Mantan anggota DPR RI dari Partai Demokrat yang kini menjabat anggota Dewan Pertimbangan Wilayah Nasional Demokrat (Nasdem) Jawa Timur, Achmad Fauzi, meninggal dunia mendadak karena serangan jantung saat berpidato terlalu berapi-api.
Achmad Fauzi dipastikan meng­embuskan napas terakhirnya setelah menjalani pemeriksaan di RS Husada Utama Surabaya, Senin (4/7).
Sebelumnya ia menjadi salah satu pembicara dalam acara Rembuk Kebangsaan bertajuk “Membedah Paham Radikal dan Memahami Nilai-Nilai Luhur Pancasila” dalam rangka Rapimwil dan Pelantikan Pengurus Ormas Nasional Demokrat se-Jawa Timur di Hotel Bumi, Surabaya.
Fauzi menjadi salah satu pembicara selain dua pembicara utama, mantan ketua PBNU Hasyim Muzadi dan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin.
Berbeda dengan dua pembicara utama, pembicara berikutnya hanya diberi jatah waktu 10 menit oleh panitia untuk berpidato sambil berdiri. Fauzi yang menjadi pembicara ketiga sekitar pukul 12.00 WIB, sempat mengungkapkan kekecewaan pada bekas partainya, Demokrat, yang saat ini sejumlah kadernya terbelit skandal korupsi.
Ia juga menyampaikan gagasannya untuk bangsa ke depan dengan menyitir falsafah Jawa Honocoroko. Tetapi, sekira lima menit setelah berbicara pada kalimat Podojoyonyo, Fauzi berhenti dan minum. Kepada hadirin, ia sempat mengatakan dirinya terkena serangan jantung. “Maaf, saya ini punya (sakit) jantung,” ujarnya.
Panitia lantas mengambilkan kursi. Fauzi kemudian duduk, memegang dada, dan napasnya tersengal-sengal lalu kolaps. Suasana seminar yang awalnya serius itu mendadak berubah gempar. Beberapa panitia dengan gerak cepat membopong tubuh Fauzi untuk dirujuk ke rumah sakit. Acara pun dilanjutkan kembali.
Namun, jelang berakhirnya acara, mantan wakil bupati Pasuruan, Muzamil Syafii, yang juga anggota Nasional Demokrat Jatim, mengumumkan nyawa Fauzi tidak tertolong tepat pukul 13.15 WIB setelah sempat menjalani perawatan di IRD Rumah Sakit Husada Utama Surabaya. Dari keterangannya, Ahmad Fauzi diduga mengalami sakit jantung. Seluruh peserta acara kemudian menggelar doa bersama untuk arwah Fauzi.
Seorang panitia seminar yang enggan disebut namanya, menyebut bahwa Achmad Fauzi roboh akibat terlalu bersemangat saat berpidato. Utamanya saat mengekspresikan kekecewaannya pada Partai Demokrat. “Saya menyatakan keluar dari Demokrat dan bergabung di Nasdem,” ujar Fauzi dalam pidatonya.
Wawan Widiyanto, salah seorang peserta yang ikut rapat pimpinan wilayah Nasdem Jatim, mengaku sempat kaget karena tubuh Fauzi tiba-tiba ambruk dari tempatnya berdiri. “Tubuhnya sempat terduduk dan lemas. Setelah itu, saya bersama beberapa orang mengusungnya menuju taksi untuk segera dibawah ke rumah sakit,” terang Wawan.
Semasa hidupnya, Fauzi pernah menjadi anggota DPR Demokrat periode 2004-2009. Namun, ia kemudian dilengserkan lewat Pergantian Antar Waktu (PAW) pada September 2008 karena dituduh menjadi calon legislatif parpol lain pada Pemilu 2009.
Sebelum di-PAW, Achmad Fauzi dikenal dengan pernyataan kontroversi karena mengusulkan pembubaran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Saat itu, Achmad Fauzi menjadi anggota Komisi III (bidang hukum dan keamanan).
Anggota Dewan Pakar Nasdem Jatim Zulfi Achwan, menyebut Fauzi bukan tokoh yang haus kekuasaan. Zulfi menyebut Fauzi tidak gentar ketika di-PAW oleh Demokrat. “Beliau waktu itu menyebut tidak takut di PAW (dari DPR RI),” ujarnya.
Zulfi menambahkan, sebelum meninggal, Achmad Fauzi sempat mengatakan pada dirinya untuk bertemu dengan Ketua Umum Nasdem Surya Paloh. “Tadi pagi, beliau sempat menyampaikan akan meminta bertemu langsung dengan Pak Surya Paloh pada jam 13.00. Katanya, ada yang harus dibicarakan,” urai Zulfi menirukan Achmad Fauzi.
Sementara itu, DPD Demokrat Jatim menegaskan bahwa Fauzi tidak lagi di Demokrat alias berstatus mantan. Wakil Sekretaris Majelis Pertimbangan Wilayah (MPW) Demokrat Jatim demisioner, Didik Darmadhi menyebut, Fauzi juga tidak pernah jadi pengurus Demokrat, kendati pernah terpilih menjadi anggota DPR Fraksi Demokrat.
Musibah yang sangat jarang terjadi di arena seminar politik tersebut memicu simpati dari berbagai elemen. Din Syamsudin yang mengaku pernah mondok bersama Achmad Fauzi, menyatakan belasungkawanya. Menurut Din, saat melihat Fauzi memegangi dadanya, ia sudah mengusulkan agar Fauzi tidak melanjutkan orasinya. “Saya ikut berduka cita apalagi almar­hum alumnus (Ponpes) Gontor, almamater saya. Ini musibah, saya ikut berduka pada keluarga beliau dan juga Nasdem,” ujar Din.
Penasihat Rapimwil Nasional Demokrat Jatim, Hasan Aminudin, menyampaikan belasungkawa dan duka cita mendalam atas meninggalnya Fauzi. Menurutnya, Fauzi adalah sosok yang rendah hati.
Firasat
Humas RS Husada Utama, Mirna Paramita, menjelaskan, Achmad Fauzi sudah meninggal dunia sebelum tiba di rumah sakit. “Ketika masuk, kondisinya sudah meninggal dunia,” jelasnya.
Sementara itu, keluarga Achmad Fauzi ikhlas melepas kepergian almarhum. Rizki, anak Achmad Fauzi, mengaku kematian papanya sudah suratan takdir. “Papa saat di Jakarta telah berkunjung ke Banjar, Martapura. Di sana papa minta maaf kepada saudara-saudara dan berkunjung atau berziarah ke makam leluhur. Jadi bapak sudah berpamitan satu bulan lalu, tidak biasanya seperti itu,” ujar Rizki ditemui di rumah duka Jl Manyar Kartika Selatan, Surabaya, dilansir tribunnews.
Rizki juga seperti mempunyai firasat akan ada sesuatu terjadi. Menurutnya, sejak pagi hingga berita tentang kematian papanya tiba, ia hanya mengenakan baju koko. “Aku juga heran kenapa hari ini saya kok pake baju koko, biasanya nggak begini lho,” ujarnya.
Rizki menegaskan, dirinya ikhlas dengan kepergian sang papa. Seminggu lalu, papanya sudah berpesan agar ia bisa menjadi orang yang berguna. “Papa pesan ke saya, jadilah orang berguna. Papa bisa kau harus juga bisa,” katanya. Jenazah Achmad Fauzi dimakamkan hari ini di TPU Keputih, Sukolilo, Surabaya pukul 10.OO WIB.
URABAYA | SURYA - Mantan anggota DPR RI dari Partai Demokrat yang kini menjabat anggota Dewan Pertimbangan Wilayah Nasional Demokrat (Nasdem) Jawa Timur, Achmad Fauzi, meninggal dunia mendadak karena serangan jantung saat berpidato terlalu berapi-api.

Achmad Fauzi dipastikan meng­embuskan napas terakhirnya setelah menjalani pemeriksaan di RS Husada Utama Surabaya, Senin (4/7).

Sebelumnya ia menjadi salah satu pembicara dalam acara Rembuk Kebangsaan bertajuk “Membedah Paham Radikal dan Memahami Nilai-Nilai Luhur Pancasila” dalam rangka Rapimwil dan Pelantikan Pengurus Ormas Nasional Demokrat se-Jawa Timur di Hotel Bumi, Surabaya.

Fauzi menjadi salah satu pembicara selain dua pembicara utama, mantan ketua PBNU Hasyim Muzadi dan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin.

Berbeda dengan dua pembicara utama, pembicara berikutnya hanya diberi jatah waktu 10 menit oleh panitia untuk berpidato sambil berdiri. Fauzi yang menjadi pembicara ketiga sekitar pukul 12.00 WIB, sempat mengungkapkan kekecewaan pada bekas partainya, Demokrat, yang saat ini sejumlah kadernya terbelit skandal korupsi.

Ia juga menyampaikan gagasannya untuk bangsa ke depan dengan menyitir falsafah Jawa Honocoroko. Tetapi, sekira lima menit setelah berbicara pada kalimat Podojoyonyo, Fauzi berhenti dan minum. Kepada hadirin, ia sempat mengatakan dirinya terkena serangan jantung. “Maaf, saya ini punya (sakit) jantung,” ujarnya.

Panitia lantas mengambilkan kursi. Fauzi kemudian duduk, memegang dada, dan napasnya tersengal-sengal lalu kolaps. Suasana seminar yang awalnya serius itu mendadak berubah gempar. Beberapa panitia dengan gerak cepat membopong tubuh Fauzi untuk dirujuk ke rumah sakit. Acara pun dilanjutkan kembali.

Namun, jelang berakhirnya acara, mantan wakil bupati Pasuruan, Muzamil Syafii, yang juga anggota Nasional Demokrat Jatim, mengumumkan nyawa Fauzi tidak tertolong tepat pukul 13.15 WIB setelah sempat menjalani perawatan di IRD Rumah Sakit Husada Utama Surabaya. Dari keterangannya, Ahmad Fauzi diduga mengalami sakit jantung. Seluruh peserta acara kemudian menggelar doa bersama untuk arwah Fauzi.

Seorang panitia seminar yang enggan disebut namanya, menyebut bahwa Achmad Fauzi roboh akibat terlalu bersemangat saat berpidato. Utamanya saat mengekspresikan kekecewaannya pada Partai Demokrat. “Saya menyatakan keluar dari Demokrat dan bergabung di Nasdem,” ujar Fauzi dalam pidatonya.

Wawan Widiyanto, salah seorang peserta yang ikut rapat pimpinan wilayah Nasdem Jatim, mengaku sempat kaget karena tubuh Fauzi tiba-tiba ambruk dari tempatnya berdiri. “Tubuhnya sempat terduduk dan lemas. Setelah itu, saya bersama beberapa orang mengusungnya menuju taksi untuk segera dibawah ke rumah sakit,” terang Wawan.

Semasa hidupnya, Fauzi pernah menjadi anggota DPR Demokrat periode 2004-2009. Namun, ia kemudian dilengserkan lewat Pergantian Antar Waktu (PAW) pada September 2008 karena dituduh menjadi calon legislatif parpol lain pada Pemilu 2009.

Sebelum di-PAW, Achmad Fauzi dikenal dengan pernyataan kontroversi karena mengusulkan pembubaran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Saat itu, Achmad Fauzi menjadi anggota Komisi III (bidang hukum dan keamanan).

Anggota Dewan Pakar Nasdem Jatim Zulfi Achwan, menyebut Fauzi bukan tokoh yang haus kekuasaan. Zulfi menyebut Fauzi tidak gentar ketika di-PAW oleh Demokrat. “Beliau waktu itu menyebut tidak takut di PAW (dari DPR RI),” ujarnya.

Zulfi menambahkan, sebelum meninggal, Achmad Fauzi sempat mengatakan pada dirinya untuk bertemu dengan Ketua Umum Nasdem Surya Paloh. “Tadi pagi, beliau sempat menyampaikan akan meminta bertemu langsung dengan Pak Surya Paloh pada jam 13.00. Katanya, ada yang harus dibicarakan,” urai Zulfi menirukan Achmad Fauzi.

Sementara itu, DPD Demokrat Jatim menegaskan bahwa Fauzi tidak lagi di Demokrat alias berstatus mantan. Wakil Sekretaris Majelis Pertimbangan Wilayah (MPW) Demokrat Jatim demisioner, Didik Darmadhi menyebut, Fauzi juga tidak pernah jadi pengurus Demokrat, kendati pernah terpilih menjadi anggota DPR Fraksi Demokrat.

Musibah yang sangat jarang terjadi di arena seminar politik tersebut memicu simpati dari berbagai elemen. Din Syamsudin yang mengaku pernah mondok bersama Achmad Fauzi, menyatakan belasungkawanya. Menurut Din, saat melihat Fauzi memegangi dadanya, ia sudah mengusulkan agar Fauzi tidak melanjutkan orasinya. “Saya ikut berduka cita apalagi almar­hum alumnus (Ponpes) Gontor, almamater saya. Ini musibah, saya ikut berduka pada keluarga beliau dan juga Nasdem,” ujar Din.

Penasihat Rapimwil Nasional Demokrat Jatim, Hasan Aminudin, menyampaikan belasungkawa dan duka cita mendalam atas meninggalnya Fauzi. Menurutnya, Fauzi adalah sosok yang rendah hati.

Firasat

Humas RS Husada Utama, Mirna Paramita, menjelaskan, Achmad Fauzi sudah meninggal dunia sebelum tiba di rumah sakit. “Ketika masuk, kondisinya sudah meninggal dunia,” jelasnya.

Sementara itu, keluarga Achmad Fauzi ikhlas melepas kepergian almarhum. Rizki, anak Achmad Fauzi, mengaku kematian papanya sudah suratan takdir. “Papa saat di Jakarta telah berkunjung ke Banjar, Martapura. Di sana papa minta maaf kepada saudara-saudara dan berkunjung atau berziarah ke makam leluhur. Jadi bapak sudah berpamitan satu bulan lalu, tidak biasanya seperti itu,” ujar Rizki ditemui di rumah duka Jl Manyar Kartika Selatan, Surabaya, dilansir tribunnews.

Rizki juga seperti mempunyai firasat akan ada sesuatu terjadi. Menurutnya, sejak pagi hingga berita tentang kematian papanya tiba, ia hanya mengenakan baju koko. “Aku juga heran kenapa hari ini saya kok pake baju koko, biasanya nggak begini lho,” ujarnya.

Rizki menegaskan, dirinya ikhlas dengan kepergian sang papa. Seminggu lalu, papanya sudah berpesan agar ia bisa menjadi orang yang berguna. “Papa pesan ke saya, jadilah orang berguna. Papa bisa kau harus juga bisa,” katanya. Jenazah Achmad Fauzi dimakamkan hari ini di TPU Keputih, Sukolilo, Surabaya pukul 10.OO WIB.
Surya Online Selasa, 5 Juli 2011 | 07:36 WIB
http://www.surya.co.id/2011/07/05/terlalu-berapi-api-tokoh-nasdem-kolaps

Tidak ada komentar:

Posting Komentar